Oleh Dafid
Fas.Kab.Integrasi
Desa Bababinanga adalah salah satu desa yang
terpencil di Kecamatan Duampanua. Jarak
dari kota kecamatan ke ibukota Desa sejauh lebih kurang 7 KM Untuk mencapai
Desa tersebut melalui perjalanan darat kemudian menyeberang sungai dengan
menggunakan perahu motor. Desa ini tidak
dapat dilalui kendaraan Roda empat, kecuali melalui Kecamatan Cempa ada jalan
tembus yang dapat dilalui kendaraan Roda 4, namun
jaraknya sangat jauh dan
kondisi jalan yang kurang baik.
Salah satu kampung yang sangat terpencil di Desa
ini adalah Kampung Tanroe yang jaraknya dari ibukota Desa sejauh kurang lebih 5
KM. Jarak tempuh ini sebenarnya dapat
lebih pendek seandainya ada jalan lurus,
namun karena jalannya hanya melalui pematang Empang sehingga cukup
berkelok-kelok. Untuk mencapai kampung
ini hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki, naik sepeda, naik sepeda motor dan
naik perahu. Namun jika naik perahu perjalanannya lebih jauh lagi. Sedangkan jika naik motor
untuk sampai kampung ini harus keliling yang jaraknya lebih 8 KM dengan kondisi
jalan yang sangat jelek lewat pematang sawah dan pinggir muara sungai.
Dusun atau Kampung Tanroe ini berpenduduk 23 KK dengan jumlah anggota
keluarga sebanyak 97 jiwa. Kampung ini berada di pesisir pantai Selat
Makassar. Kehidupan masyarakat dikampung ini sangat jauh dari kehidupan yang
layak. Hampir seluruh penduduk di
Kampung ini masuk dalam kategori Masyarakat Miskin. Sumber air minum hanya dari sumur tanah yang airnya
payau. Mesin Listrik yang pernah
dibantukan oleh Pemerintah Pusat saat ini kondisinya rusak sehingga masyarakat
setempat tidak lagi mendapatkan penerangan listrik. Hasil bumi selama ini harganya sangat minim,
istilah masyarakat setempat hasil bumi yang penting jadi duit. Pekerjaan masyarakat setempat adalah Nelayan,
buruh tambak dan petani rumput laut.
Hasil bumi yang lain adalah kelapa.
Transportasi untuk mengangkut hasil bumi juga tidak ada, sehingga biaya
untuk pengangkutan hasil bumi terkadang lebih mahal dari harga barang yang
diangkut.



Upaya untuk membuka keterisolasian masyarakat di
Kampung itu sudah dilakukan melalui berbagai cara yaitu dengan meminta bantuan
ke berbagai pihak untuk pengadaan jembatan termasuk melalui Musrembang Desa. Namun
sampai saat ini belum memadai. Beberapa
dana aspirasi DPRD yg dikucurkan hanya dapat membangun beberapa jembatan kayu
yang kecil-kecil sedangkan jembatan vital yang sangat dibutuhkan
masyarakat belum dapat direalisasikan.
Pada Tahun Anggaran 2014 ini Desa Bababinanga
khususnya Kampung Tanroe mendapatkan alokasi Dana PNPM-MPd Integrasi SPP-SPPN,
untuk pembangunan Jembatan Kayu dalam rangka membuka akses masyarakat dari
keterisolasian. Sebelum terbangunnya
jembatan Kayu, pemasaran hasil produksi
masyarakat sangat terhambat karena pengangkutannya sangat sulit, sehingga
masyarakat di kampung ini hampir seluruhnya masuk kategori keluarga Miskin.
Setelah terbangunnya Jembatan Kayu ini, pengangkutan hasil bumi masyarakat
sudah mulai lancar sehingga harga hasil
bumi masyarakat sudah mulai meningkat.
Dengan adanya jembatan kayu ini masyarakat menganggap pembawa berkah,
sehingga rasa syukur masyarakat sangat tampak ketika kami berkunjung kesana.